Selasa, 28 Juni 2011

seputar UNNES

Universitas Negeri Semarang (UNNES) Merupakan perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olah raga, seni, dan budaya. UNNES telah berdiri sejak tahun 1965 di wilayah Sekaran, Gunung pati, kota Semarang, tepatnya barada di kota tua yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah. Dengan tujuh fakultas yang terdiri dari Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Keolahragaan, fakultas hukum, fakultas ekonomi dan satu program pascasarjana, saat ini unnes mendidik tidak kurang dari 22.000 mahasiswa yang tersebar dalam jenjang program Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.Mahasiswanya juga berasal dari berbagai wilayah, baik dari wilayah jawa maupun luar jawa bahkan juga ada mahasiswa yang berasal dari luar negeri yang belajar di unnes. Unnes adalah perubahan bentuk dari Insittut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang(IKIP Semarang). Pada awalnya, IKIP semarang adalah lembaga pendidikan tinggi setingkat universitas yang tugas pokoknya menyiapakan guru dan pendidik yang akan bertugasdi lingkungan pendidikan dasar dan menengah. pada akhir tahun 1990-an muncul pemikiran untuk memperluas tugas IKIP yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan tetapi juga sebagai penyelenggaraberbagai program studi yang sedang diperlukan oleh Negara kita.mulai tahun 1999 IKIP Semarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Unnes didukung oleh delapan fakultas dan program pascasarjana ini menyelenggarakan program pendidikanya berpusat di kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang. Selain itu unnes juga mempunyai kampus yang berada di Bendan Ngisor, Kampus Wonosari, Kampus Kemandungan-Tegal. Luas lahan yang dimiliki unnes semakin berkembang hingga sekarang ini lahan unnes lebih dari 145 Ha. Seiring dengan bertambahnya luas lahan kampus, jumlah gedung sebagai ruang kuliah, laboratorium, perkantoran, dan sarana/prasarana lain telah mengalami peningkatan yang signifikan. Pengembangan unnes sebagai lembaga pendidikan tinggi yang handal tidak dapat dipisahkan dari fasilitas fisik yang dimiliki. Pengembangan kampus diarahkan ke pembangunan kampus induk yang representative di kampus sekaran, Gunungpati, semarang.
Bangunan fisik yang tersedia, khususnya ruang kuliah, telah mendekati ideal untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. hal ini dapat dilihat dari fasilitas yang dapat dipakai didalam kelas seperti ,Lcd, white board, Ac, ruangan yang kedap suara, di luar kelas juga terdapat pepohonan yang hijau sehingga dapat meciptakan suasana nyaman dan asri sehingga dapat menunjang proses pembelajaran. selain itu juga ada sarana pendukung seperti Perpustakaan,yang mana bangunan perpustakaan didesain sangat representative.di perpustakaan juga dilengkapi dengan berbagai jurnal dan layanan internet sebagai sumber informasi bagi para dosen dan mahasiswa sehingga dapat menjadi unsur penunjang kegiatan akademik secara optimal. fasilitas komputer juga selalu di usahakan menggunakan spesifikasi sesuai dengan perkembangan.untuk memperluas wawasan global bagi mahasiswa,disediakan fasilitas akses internet di perpustakaan dan di semua fakultas. Fasilitas ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam belajar.di samping itu juga agar mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan globaliasasi, dimana segala sesuatu dituntut menggunakan kemajuan teknologi seperti yang di terapkan unnes saat ini ,dimana segala aktivitas perkuliahan sudah diatur menggunakan sistem yang dinamakan SIKADU. Selain fasilitas computer unnes juga mmempunyai Auditorium atau ruang seminar,dimana fasilitas tersebut diupayakan pada kondisi yang representatif sehingga dengan fasilitas ini ,diharapkan iklim diskusi,semina dan persentasi akan menjadi budeaya akademik mahasiswasarana lain yang tidak kalah penting adalah pusat kegiatan mahasiswa (PKM) sebagai tempat kegiatan mahasiswa yang diharapkan dapat memberikan motivasi bagi setiap aktivitas mahasiswa. melalui PKM ini para mahasiswa unnes dapat mengembangkan dan memperluas wawasan dan pengetahuanya.
Unnes juga baru-baru ini mendeklarasikan sebagai universitas konservasi. Sebagai kampus konservasi unnes berusaha mewujudkan kampus yang hijau, nyaman, dan asri. dalam mewujudkan unnes konservasi, unnes melakukan upaya upaya diantaranya ; penanaman pohon bersama dilingkungan kampus, dibangunya embung yang berada disamping fakutas bahasa dan seni(FBS), disetiap kampus juga disediakan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan anorganik, dibeberapa fakultas juga terdapat spanduk yang berisikan”daerah bebas rokok”.dengan upaya-upaya yang dilakukan seperti sudah dijelaskan diatas, diharapkan akan tercipta lingkungan kampus yang ideal untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa.

Dampak kemiskinan terhadap Pendidikan

BAGI bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya. seharusnya negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan pada pembangunan pendidikan. NEGERI ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Apabila perlu, pendidikan dasar enam tahun seharusnya dapat diberikan pelayanan secara gratis karena dalam pendidikan dasar enam tahun atau sekolah dasar kebutuhan mendasar bagi warga negara mulai diberikan. Di sekolah dasar inilah anak bangsa diberikan tiga kemampuan dasar, yaitu baca, tulis, dan hitung, serta dasar berbagai pengetahuan lain. Setiap wajib belajar pasti akan dimulai dari jenjang yang terendah, yaitu sekolah dasar.
Seperti diketahui, sebagian besar keadaan sosial ekonomi masyarakat kita tergolong tidak mampu. Dengan kata lain, mereka masih dililit predikat miskin. Mulai Inpres Nomor 10 Tahun 1971 tentang Pembangunan Sekolah Dasar dan inpres- inpres selanjutnya, negeri ini telah berusaha memberikan pendidikan murah untuk anak bangsanya. Puluhan ribu gedung sekolah dasar telah dibangun dan puluhan ribu guru sekolah dasar diangkat agar pemerataan kesempatan belajar untuk jenjang sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan murah, dari kota sampai ke desa-desa. Semua warga negara, kaya atau miskin, diberi kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan dasar enam tahun yang biayanya dapat dijangkau golongan miskin.
Kejadian itu dapat dinikmati dalam jangka waktu cukup lama, yaitu sejak dicetuskannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun tahun 1984. Sayang, gema wajib belajar itu makin hari makin melemah karena komitmen bangsa ini pada wajib belajar tidak seperti saat dicanangkan. Jika selama ini kita melihat pendidikan tinggi itu mahal, sekolah menengah juga mahal, SMP juga mahal, sekarang kita saksikan memasuki sekolah dasar pun sudah mahal.
Kini kita melihat, hampir semua jenjang sekolah negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena yang berbicara tidak lagi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah dasar. Jika untuk masuk sekolah dasar ditentukan oleh umur, maka seorang anak yang sudah berumur tujuh tahun atau lebih wajib diterima sebagai murid sekolah dasar. Ini adalah ketentuan yang tidak boleh ditawar karena ketentuan untuk masuk sekolah dasar adalah berdasarkan umur.
Agaknya pelaksanaan wajib belajar negeri ini adalah slogan yang selalu didengung-dengungkan. Padahal, dalam kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Maka terjadilah hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila semua pihak, terutama guru dan kepala-kepala sekolah, menghayati tujuan wajib belajar itu. Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.
Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang ironis. Sebab, pada negara yang hampir 60 tahun usianya ini, banyak anak bangsanya akan menjadi buta huruf karena dililit kemiskinan dan negeri ini akan terpuruk karena kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan negara �negara yang lain.
PENULIS sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar enam tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus memiliki kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh pendidikan lanjutan. Dengan memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang warga negara akan memiliki harga diri, dapat menambah wawasan melalui kemampuan baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik, mampu menerima pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya.
Apabila praktik-praktik pungutan yang diadakan sekolah- sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah deretan anak- anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu. Dan hanya anak-anak orang kaya saja yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat terbawah sampai ke tingkat yang tinggi. Akibat dari itu semua, negeri ini akan dihuni golongan kaya dan terdidik yang akan membentuk kelas tersendiri dalam masyarakat.
Di lain pihak akan terdapat keluarga miskin dan tidak terdidik yang merupakan golongan terbesar di negeri ini. Jika itu terjadi, alangkah rusaknya struktur masyarakat di negeri ini, yang berakibat terjadinya kesenjangan sosial yang tidak kita inginkan. Anehnya, kejadian-kejadian itu justru terjadi di era otonomi daerah, yang seharusnya ada perubahan menuju kebaikan dalam pelaksanaan proses pendidikan. Diharapkan pelaksanaan pembangunan pendidikan di daerah akan lebih baik karena banyak daerah menyediakan dana pendidikan yang tidak sedikit, yang seharusnya pungutan-pungutan itu tidak perlu terjadi.
Adalah suatu kekeliruan yang telah dibuat bahwa wewenang pendidikan yang begitu luas diberikan kepada kabupaten dan kota. Padahal, di daerah-daerah belum tersedia tenaga-tenaga pendidikan yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pendidikan di daerahnya. Banyak pejabat yang menangani masalah pendidikan tidak tahu benar akan tugasnya. Lebih-lebih fungsi pengawasan yang menjadi syarat utama dalam proses pendidikan tidak berfungsi. Akibatnya, banyak kepala sekolah yang cenderung mengambil keputusan sendiri- sendiri dengan melanggar ketentuan yang ada, antara lain melaksanakan pungutan untuk masuk sekolah.
MENURUT pengamatan penulis, alasan diadakannya pungutan yang memberatkan itu antara lain untuk kesejahteraan guru dan pembangunan lokal tambahan. Kedua alasan itu adalah alasan klasik yang sudah lama terjadi. Akan tetapi, pungutan yang dilakukan akhir-akhir ini dinilai sudah tidak wajar karena jumlahnya begitu besar dan memberatkan, terutama bagi yang miskin.
Untuk mengatasi semua itu:
pertama, janganlah kemiskinan dijadikan penyebab terhambatnya anak bangsa untuk memperoleh pendidikan.
Kedua, guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak sama dengan pegawai negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus berbeda dari pegawai negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah.
Ketiga, apabila penghasilan guru sudah dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan berbagai pungutan tidak terjadi. Jika melanggar berbagai ketentuan itu, mereka harus dikenai sanksi.
Keempat, kepada pengelola pendidikan dan komite sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar ketentuan- ketentuan kurikuler, terutama dalam penerimaan murid baru, dapat berjalan menurut ketentuan yang ada.

Sekolah Efektif

Efektivitas menunjukan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan hidup. Efektivitas sekolah menunjukan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan Efektivitas sekolah bukan hanya sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi erat kaitannya antara komponen- komponen sistem dengan mutu- mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari lulusan yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan. Misalnya nilai ujian akhir, prestasi olahraga, prestasi karya ilmiah , dan prestasi karya seni. Kualitas lulusan dipengaruhi oleh tahapan- tahapan kegiatan sekolah yang saling berhubungan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sekolah efektif merujuk pada adanya total quality manajemen (TQM) dimana TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk jasa, manusia dan proses lingkungannya ( Tjiptono dan Diana, 2001:4). Atau dengan kata lain TQM adalah suatu pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian pada peningkatan mutu mulai komponen terkait. Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang menunjukan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai ( archivement atau observed output ) dan sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siwa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang menjadi syarat dalam belajar.

Minggu, 26 Juni 2011

metode pembelajaran problem posing

Pembelajaran problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lyn D. English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika (Suyitno, 2004). Model pembelajaran problem posing mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000. Kemudian model ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.
Problem posing mempunyai beberapa arti, problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan (Suharta, 2000: 93). “Problem posing essentially means creating a problem with solutions unknown to the target problem solver the problem create for” (Leung, 2001). Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara mandiri (Suyitno, 2004). Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang masalah yang ada dengan perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Dalam pembelajaran matematika, sebenarnya pengajuan masalah (problem posing) menempati posisi yang strategis. Dalam hal ini siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut akan tercapai jika siswa memperkaya pengetahuannya tidak hanya dari guru melainkan perlu belajar mandiri.
(Suyitno, 2004), menjelaskan bahwa problem posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika sebagai berikut:
1) Presolution posing, siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru.
2) Within solution posing. siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
3) Post solution posing, siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
Problem posing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecakapan berpikir siswa karena dalam pembelajaran ini, siswa dikondisikan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai literatur, merumuskan soal atau pertanyaan dan situasi yang ada, menentukan jawaban atau pemecahan dari permasalahan yang mereka buat serta mencari alternatif pemecahannya.

makalah tentang sekolah efektif

BAB I
PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORITIS
Sekolah sebagai institusi tidaklah berdiri sendiri. Sekolah berkaitan erat dengan nilai, budaya, dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah merupakan ujung tombak dari proses modernisasi ( agent of change ) yang diupayakan melalui kebijakan sekolah. Komponen dalam sekolah meliputi guru, siswa ,dan staf administrasi yang masing – masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu, ketrampilan, sikap, dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan dan keahliannya. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran yang bersifat mikro atau khusus yang didasarkan pada tujuan pendidikan nasional serta sejauh mana tujuan tersebut dapat dicapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain sekolah disebut efektif juga sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang kami kerjakan dengan apa yang harus dicapai sehingga suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan dengan hasil yang telah dicapai. Oleh sekolah sebelumnya sekolah dikatakan sudah efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel 69).
Sekolah sebagai suatu sistem seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang kita pelajari di sekolah. Output sekolah berfokus pada siswa ,tetapi siswa yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Jika ditinjau dari sudut lulusan, output sekolah adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan.

B. KENYATAAN DI LAPANGAN
Globalisasi memberikan warna tersendiri bagi arah pencapaian tujuan pendidikan. Di era global seperti sekarang ini kemajuan sekolah merupakan penerapan dari pengelolaan mutu , responsif terhadap tantangan dan antisipasi terhadap perubahan –perubahan yang diakibatkan oleh tatanan internal sehingga menimbulkan gejolak dan ketidakpastian yang dapat mengancam runtuhnya berbagai tatanan yang diciptakan sedemikian rupa.
Adanya arus globalisasi sangat berpengaruh terhadap pengembangan sekolah- sekolah yang hanya memelihara keadaan stabil tanpa ingin merespon berbagai gejolak dan pengaruh eksternal seperti perkembangan iptek. Pada akhirnya akan berhadapan dengan keadaan yang tidak menguntungkan. Mulai dari lulusnya yang dianggap tidak relevan, dengan dunia kerja. Berkurangnya kepercayaan masyarakat dan pada akhirnya sekolah yang berkualitas yang mampu eksis dalam persaingan global. Mutu sudah menjadi keharusan dan menjadi konsep yang paling penting untuk menjawab tantangan global. Hal ini mendorong berbagai kalangan untuk mengembangkan straegi perubahan dan antisipasi sehingga mampu menyesuaikan diri dengan pimpinan di era global ini. Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan, lembaga pendidikan harus melakukan berbagai langkah penataan kembali baik internal dan eksteernal agar nantinya mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dengan tetap memgang teguh nilai- nilai jati diri bangsa yang terpelihara.



C. PERMASALAHAN

1. Pengertian Sekolah Efektif
Efektivitas menunjukan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan hidup. Efektivitas sekolah menunjukan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan.
Efektivitas sekolah bukan hanya sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi erat kaitannya antara komponen- komponen sistem dengan mutu- mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari lulusan yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan. Misalnya nilai ujian akhir, prestasi olahraga, prestasi karya ilmiah , dan prestasi karya seni. Kualitas lulusan dipengaruhi oleh tahapan- tahapan kegiatan sekolah yang saling berhubungan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sekolah efektif merujuk pada adanya total quality manajemen (TQM) dimana TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk jasa, manusia dan proses lingkungannya ( Tjiptono dan Diana, 2001:4). Atau dengan kata lain TQM adalah suatu pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian pada peningkatan mutu mulai komponen terkait. Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang menunjukan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai ( archivement atau observed output ) dan sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siwa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang menjadi syarat dalam belajar.

2. Ciri – ciri dan karakteristik sekolah efektif
Efektivitas sekolah menunjukan adanya proses perekayasaan berbagai sumber dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah yang optimal. Efektivitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen sekolah berbagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing- masing struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil yang ditetapkan yaitu kompetensi. Tidak semua sekolah yang memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Hal ini sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing- masing komponen, terutama tercapainya output sekolah yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu. Penekanan keefektivan sekolah adalah pada proses belajar yang berlangsung pada proses belajar yang berlangsung secara aktif atau ada keterlibatan berbagai pihak terutama siswa dan guru sebagai subjek belajar.
Ciri- ciri sekolah efektif ditentukan oleh adanya aspek – aspek yang diperlukan untuk menentukan keberhasilan sekolah.









BAB II
PEMBAHASAN

1. SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai sebuah sistem, sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses, dan output. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menetukan. Perubahan satu komponen akan berpengaruh pada komponen-komponen lainnya. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhklan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah antara lain manusia (man), uang (money), material (materials), metode-metode (methods), mesin- mesin (machine). Input disini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu inputsumber daya dan input manajemen atau kepemiminan. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia dan sumber dayalainnya. Input manajemen adalah seperangkat tugas, rencana, program, ketentuan-ketetuan untuk menjalankan tugas, pengendalian, dan kesan positif yang ditanamkan kepala sekolah kepada warga sekolah.input manajemen adlah input potensial bagi pembentuklan sistem yang efektif dan efisien. Kedudukan uang dalam input pendidikan sangat penting untuk membiayai semua program yang telah ditetapkan. Bahan-bahan adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna membentuk siswa seutuhnya.bahan-bahan tersebut adalah berupa sarana dan prasarana, alat-alat pendidikan/media, dan sumber pendidikan. Metode yaitu metode pembelajaran atau cara-cara, teknik, dan strategi yang dikembangkan sekolah dalam melaksanakan proses pendidikan. Sedangkan mesin-mesin adalah seperangkat yang mendukung terjadianya proses pembelajara dapat berupa teknologi komputer, radio, televisi, mobil, atalu media-media yang menggunakan teknologi. Alat-alat terebut diguanakan sekolah baik sebagai daya dukung maupun sebagai objek untuk dipelajari. Proses berlangsungnya sekolah pada intinya adalah berlangsungnya pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara siswa dengan guru yang didikung oleh perangkat lai sebagai bagian darip proses pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang menciptakan sinergi proses belajar mengajar, yaitu :
a. Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan kelembagaan, pemotivasian staf, dan lpenyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan, pengkoordinasian kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.
Proses kepemimpinan yaitu menghasilkan keputisan kelembagaan yang terjadi sebagai keputusan partisipatif atau keputusan bersama antara kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, para ahli dan orang-orang berkepentingan dalam pendidikan. Langkah lain yng penting dalam proses penyelenggaraan sekolah adalah monitoring dan evaluasi sebagai langkah untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan dicapai. Sekolah sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Ouput dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang kita pelajari didekolah, yaitu seerapa banyak yang dipelajari dan seberapa baik kita mempelajarinya. Output sekolah yaitu berupa kelulusan siswa. Output sekolah berfokus pada siswa, tetapi siswa yang memiliki kompetensi yangdipersyaratkan. Output sekolah adalah lulusan yang berguna bagi kehidupanyaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Outcame pada pendidikan dasardan menengah adalah siswa dapat melanjutkan pendidikannya kejenjang yanglebih tinngi.


PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien.
• Karakterstik sekolah efektif
- Organizational leadership (kepemimpinan organisasi)
- Curicullum leadership (kepemimpinan kurikulum)
- Supervisory leadership (pemimpin sebagai pengawas)
- Management (manajemen).
2. KONSEP SEKOLAH EFEKTIF
Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan sekolah merupakan esensi dari pengelolaan sekolah melalui pemeliharaan mutu, responsive terhadap tantangan dan antisipatif terhadap perubahan – perubahan yang di akibatkan dari berubahnya tatanan internal sehingga tidak menimbulkan keadaan bergejolak dan ketidakpastian yang dapat mengancam runtuhnya berbagai tatanan yang telah diciptakan sedemikian rupa.
Globalisasi memberikan warna tersendiri bagi arah pencapaian tujuan pendidikan. Adanya arus globalisasi sangat berpengaruh terhadap pengembangan sekolah. Hanya sekolah yang berkualitas saja yang mampu eksis dalam global. Mutu sudah menjadi satu keharusan dan menjadi konsep yang paling manjur untuk menjawab tantangan global. Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi harus melakukan berbagai langkah penataan baik internal maupun eksternal.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah perbaikan di bidang manajemen, salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang kurang mendapatkan perhatian jika dibanding dengan aspek-aspek lainnya. Salah satu konsep peraikan input, proses, dan output adalah TQM. TQM diartikan sebagai manajemen kualitas secara total dimana merupakan satu pendekatan yang sistematis, praktis, strategis, bagi penyelenggara pendidikan yang mengutamakan kepuasan pelanggan yang bertujuan meningkatan mutu.
TQM adalah komitmen pada mutu yang baik oleh tiap orang dalam suatu organisasi yang menekankan kesempurnaan oleh kerja tim dan proses peningkatan berlanjutan. Pencapaian tingkatan kualitas bukan merupakan hasil merupakan hasil penerapan cara instan jangka pendek untuk meningkatkan daya saing, akan tetapi pengimplementasian TQM mengisyaratkan kepemimpinan yang kontinyu. Mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang ada dalam system pendidikan, artinya efektifitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi bersinergi dengan berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dengan mutu.
Asas terpenting dan menjadi landasan bergerak dalam pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah “semua anak dapat belajar”. Hal ini mengisyaratkan bahwa sekolah merupakan wahana yang menyediakan tempat yang terbaik bagi anak untuk belajar, dimana semua upaya manajemen dan kepemimpinan yang terjadi di sekolah diarahkan bagi usaha membuat semua peserta didik belajar.
Efektivitas belajar bukan hanya menilai hasil belajar siswa, tetapi semua upaya yang menyebabkan anak belajar. Hal ini terkait dengan fungsi sekolah sebagai tempat belajar yang memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengalaman pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik. Dengan demikian, sekolah efektif adalah sekolah yang menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar yang paling baik yang menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa. Sekolah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program.
Keberhasilan suatu sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauh mana tujuan itu dapat tercapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung disekolah.
Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut rendah.
Efektivitas sekolah menunjukkan pada tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai berupa achievements atau observed output dengan hasil yang diharapkan berupa objectives, targets, intended outputs yang telah ditetapkan. Sekolah efektif adalah sekolah yang membuat prestasi tidak saja pada siswa tetapi pada semua komponen yang melingkupinya. Parameter untuk mencapai efektifitas dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah yang ditargetkan dalam kurun waktu tertentu.
Efektivita sekolah juga terkait pula dengan kualitas. Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari lulusan yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat misalnya nilai hasil ujian akhir, prestasi olahraga, prestasi karya tulis ilmiah, dan prestasi pentas seni. Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah terutama prestasi siswa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang sipersyaratkan didalam belajar.



4. Ciri-ciri dan Karakteristik Sekolah Efektif
Tidak semua sekolah yang memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Penekanan keefektifan sekolah adalah pada proses belajar yang berlangsung secara efektif atau ada kterlibatan berbagai pihak terutama siswa dan guru sebagai subjek belajar. Ada beberapa komponen penting yang turut menentukan keberhasilan sekolah efektif, yaitu pengaturan kelembagaan yang didasarkan pada prestasi dan kenyamaan staf, perhatian terhadap kebutuhan, aspirasi, dan karier staf, pengembangan budaya sekolah dan manajemen modern yang didasarkan pada share, care dan fair.

Ciri-ciri sekolah efektif
Ciri-ciri Indikator
Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik tujuan sekolah :
-dinyatakan secara jelas
- digunakan untuk megambil keputusan
- dipahami oleh guru, staf, dan siswa
Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah Kepala sekolah :
-bisa dihubungi dengan mudah
- bersifat responsif kepada guru dan siswa
- responsif kepada orang tua dan masyarakat
- melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran
- menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal
Ekspektasi guru dan staf tinggi Guru dan staf:
-yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi
- menekankan pada hasil akademis
- memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa.
Ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat Sekolah :
-komunikasi secara positif dengan orang tua
- memelihara jaringan serta dukingan orang tua dan masyarakat
- berbagi tanggung jawab untuk menegakkan disiplin dan mempertahankan keberhasilan.
Menghadiri acara-acara penting di sekolah.
Adanya iklim yang positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar Sekolah :
-rapi, bersih, dan aman secara fisik
- dipelihara secara baik
- memberi penghargaan kepada yang berpestasi
- memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa
Siswa :
-menaati peraturan sekolah dan aturan pemerintah daerah
-menjalankan tugas/kjewajiban tepat waktu.
Kemajuan siswa sering dimonitor Guru memberi siswa :
-tugas yang tepat
- umpan balik secara cepat/segera
- kemampuan berprestasi dikelas secara optimal
- penilaian hasil belajar dari berbagai segi.
Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial Siswa :
-melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil belajar ;
yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun non akademis.
- memperoleh keterampilan yang esensial
Kepala sekolah :
Menunjukan komitmen dan mendukung program keterampilan esensial
Guru :
Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial
Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan Guru :
Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan fpengembangan sekolah.
Staf :
-memperkuat dan mendukung kebijakan sekolah dan pemerintah daerah
- menunjukkan profesionalisme dalam bekerja.

David A. Squires berhasil merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu :
1. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekkolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah;
2. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan dikelas;
3. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi;
4. Siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
5. Siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
6. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
7. Siswa berpendapat kerja keras lebih penting daripada faktor keberuntungan dalam meraih prestasi
8. Para siswa diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui secara umum
9. Kepala sekolah mempunyai program inservice,, pengawasan, supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuaat rencana bersama-sama dengan para guru yang memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademikya.
Jaap Scheerens menyatakan bahwa sekolah efektif mempunyai lima ciri penting yaitu :
1. Kepemimpinan yang kuat
2. Penekanan pada pencapaian kemampuan dasar
3. Adanaya lingkungan yang nyaman
4. Harapan yang tinggi pada prestasi siswa
5. Penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa
Mackenzie mengidentifikasikan tiga dimensi pendidikan efektif yaitu kepemimpinan, keefektifan dan efesiensi serta unsur pokok dan penunjang masing-masing dimensi tersebut
Edmons mewnyebutkan bahwa ada lima karakteristik sekolah efektif yaitu :
1. Kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualiltas pengajaran
2. Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran
3. Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajara dan pembelajaran
4. Harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan tertentu
5. Penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa
Pengetahuan lain mengenai sekolah efektif adalah sebagai berikut :
1. Mampu mendemontrasikan kebolehannya mengenai seperangkat kriteria
2. Menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya
3. Adanya kepemimpinan yang kuat
4. Adanaya hubungan yang baik antara ssekolah dengan orang tua siswa
5. Pengembanga nstaf dan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar
Metode lain yang dipakai untuk mengidentifikasikan sekolah yang efektif adalah : penggunaan standar tes, pendekatan reputasi, dan penggunaan evaluasi sekolah serta pengembangan berbagai aktivitas.
Edward Heneveld mengungkapkan serangkaian indikator berupa 16 faktor yang berkenaan dengan sekolah efektif yaitu ;
1. Dukungan orang tua siswa dan lingkungan
2. Dukungan yang efektif dari sistem pendidikan
3. Dukungan materi yang cuku
4. Kepemimpinan yang efektif
5. Pengajaran yang baik
6. Fleksibilitas dan otonomi
7. Waktu yang cukup disekolah
8. Harapan yang tinggi dari siswa
9. Sikap yang positif dari para guru
10. Peraturan dan disiplin
11. Kurikulum yang terorganisir
12. Adanya penghargaan dan insentif
13. Waktu pembelajaran yang cukup
14. Variasi strategi pembelajaran
15. Frekuensi pekerjaan rumah
16. Adanya penilaian dan umpan balik sesering mungkin.

Karakteristik sekolah efektif Pam Sammors
Aspek indikator
Profesional leadership -firm and purposeful
- a participate approach
- the leading profesional
Shared vision and goals -unity of purpose
- consistency of practise
- collegiallity and collaboration
A learning environment -an ordery atmosphere
- an attractive working environment
- maximation of learning time
Learning -academic emphasis
- focus on achievement
Purposeful teaching -high expectation all round
- communication expectation
- providing intelectual challenge
Positive reinforcement -clear and fair dicipline
- feedback
Monitoring progress -monitoring pupil performance
- evaluating school performance
Pupil right and responsibility -raising pupil self esteem
- position of responsibility
- control of work
Home/school partnership Parental involvement in their children’s learning
A learning organization Scholl based staff development

Bank dunia mengidentifikasikan empat kelompok karakteristik sekolah efektif yaitu :
a. Supporting Inputs (input dukungan)
Karakteristik pertama ditinjau dari sudut input dukungan yaitu perangkat-perangkat yang turut menjelmakan sekolah efektif ditinjau dari dukungan sekolah. Dukungan dari siswa adalah kesadaran siswa akan hak dan kewajibanny disekolah dan belajar dengan prinsip kejujuran. Dukungan guru dan staf lain adlah menciptakan kondisi belajar yang sehat. Dukungan orang tua dan masyarakat terhadap program sekolah berupa dukungan terhadap sarana prasarana, kelengkapan buku sumber, dan alat-alat praktik, serta adanya dukungan sistem yang diselenggarakan dengan efisien dan efektif.
b. Enabling conditions (kondisi yang memungkinkan)
Yaitu kondisi yang membuat sekolah efektif itu mungkin akan terwujud dengan kondisi yang diciptakan oleh lingkungan atau sistem sekolah


c. School climate (iklim sekolah)
Adalah indikator sekolah efektif yang menekankan pada keberadaan rasa menyenangkan dari suasana sekolah,bukan saja dari kondisi fisik, tetapi keseluruhan aspek internal organisasi.
d. Teaching learning prosess (proses pengajaran guru)
Sekolah merupakan tempat belajar yang memberikan layanan pembelajaran bermutu melalui strategi pembelajaran yang bervariasi, penilaian yang kontinyu dengan follow up yang cepat dan tepat, mendorng partisipasi siswa dalam pembeljaran serta memperhatikan kehadiran siswa, pelaksanaan tugas-tugas siswa dan keberlanjutan tugas-tugasnya.

5. KEPEMIMPINAN SEKOLAH EFEKTIF
Kata pemimpin diartikan oleh para pempraktik sebagai orang yan menrapkan prinsip-prinsip dan tenik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas dalam bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai tujuan organisasi. Sebelum mengerti akan sifat kepemimpinan maka langkah awal harus megetahui sifat kekuasaan karena kepemimpinan adalah bentuk khusus dari kekuasaan yang melibatkan.
Kepemimpinan adalah aspek terpenting dari oraganisasi melalui penanganan perubahan dan mananjemen yang dilakukan sehingga dapat mmberi dampak posotif dari perkembangan organisasi.
Macam-macam kepemimpinan yang dipandang representative bagi penyelenggaraan organisasional sekolah yang efektif, yaitu :
a. Kepemimpinan trensaksional
Kepemimpinan transaksiona adalah kepemimpnan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Kepemipinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan laizez fair yaitu memberikan sepenuhnya karyawan untuk menentukan sendiri pekerjaannya karena dikhawatirkan dengan keadaan personel yag perlu pembinan, pola ini dapat menjadikan malas dan tidak jelas apa yang ikerjakan,pola yang diemban yaitu pola timbale balik yang dapat menguntungkan, pemimpin mengetahui jabatan yang sesuai engan peerjan yang hars diakukan.
b. Kepemimpinan Transformasional atau katalisator
Kepemimpinan transformasiona adalah suatu proses yang pada dasarnya pemimpi dan karyawan salng menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yag kebih tinggi. (burns, 1978). Pemimpin tranformasiona meruakan pemimin yang berpengalaman dan wawasan jauh keepan serta berupaya untuk memperbaiki dalam perkembangan organisasi untuk saat ini ataupun untuk masa yang akan datang dan juga sebagai reactor, pengubah sistem untuk kearah yang lebih baik dan meningkatkan SDM.
c. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan vsioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencitakan, merumuskan, mensosialisasikan dan mengimplemenaskan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil ineraki sosial diantara oragnsasi dan stakeholders yang diyakini ebagai cita-cita oraganisasi dimasa depan yang harus diarah atau diwujudkan melalui komitmen semua anggota.
Ciri-ciri pemimpin visioner ang bekualitas meurut John Adair, yaitu :
1. Memiliki integritas pribadi
2. Memiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga yang diembannya
3. Mengembangkan kehangatan, budaya dan iklim organisasi
4. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasi
5. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan / kebijakan kelembagaan.

BAB III
PENUTUP

Sekolah memiliki misi mendidik siswanya agar dapt melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, meningkatkan pengetahuan dan hubungan timbal balik dengan masyarakat.efektifitas sekolah dapat tercermin dari profil sekolah yang memiliki keteratran dalam berbagai aspek untuk mencapi tujuan. Aspek-aspek tersebut antara lain siswa, guru, dan tenaga kependidkan lainnya, kurikulum, sarana prasarana, kegiatan belajar, ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling, kemitraan sekolah dengan masyarakat sampai pada kegiatan-kegiatan khusus yang berkembang atas kebutuhan dan inspirasi sekolah. Orang yang bertanggung jawab atas manajemen sekolah adalah seorang kepala sekolah yang memiliki karakteristik kepemimpinan karena untuk menggerakan orang-orang diperlukan pengaruh pimpinan yang memiliki kapabilitas sebagi pemimpin yang berkualitas.

contoh Rpp Akuntansi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Sekolah : SMA ….
Mata Pelajaran : Akuntansi
Kelas / Semester : XI (sebelas) / 2

Standar Kompetensi : 5. Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa

Kompetensi Dasar : 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

Indikator : 1. Memahami persamaan akuntansi.

Alokasi Waktu : 1 x 30 menit

A. Tujuan Pembelajara
a) Siswa dapat memahami persamaan akuntansi.

B. Materi Pokok
Persamaan akuntansi

C. Uraian Materi
a) Pengertian harta, utang, modal
b) Persamaan dasar akuntansi
c) Langkah-langkahnmenyusun persamaan dasar akuntansi

D. Pendekatan
Kontekstual

E. Metode Pembelajaran
Ceramah , Tanya jawab dan pemberian tugas

F. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal
a.Guru memberi penjelasan yang singkat dan jelas tentang persamaan akuntansi dan pengertian harta, utang, modal

2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan mengenai persamaan dasar akuntansi

3. Kegiatan Akhir
a. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru



G. Sumber dan Alat
Buku teks dan spidol

H. Penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes Praktek


Mengetahui Selasa 3 mei, 2011
Kepala Sekolah …. Guru Mata Pelajaran …



…………………... ………………………
NIP/NRK ……….. NIP/NRK …………...

cara menyusun RPP

Bagaimana sebenarnya RPP yang baik itu? RPP yang baik adalah sebuah uraian perencanaan yang lengkap yang dapat membantu guru untuk mengajar. RPP tersebut sekurang-kurangnya memuat identitas, tujuan, materi, metode, kegiatan belajar, sumber media, dan penilaian. RPP baik selalu mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari kelas yang akan diajar. Berikut langkah pembuatan RPP yang dimaksud.


1. Tulislah Identitas
Tulislah identitas RPP dengan rinci, yakni nama sekolah, mata Pelajaran, kelas dan semester, dan alokasi waktu. Identitas tersebut digunakan untuk penanda RPP yang satu dengan yang lainnya. Ibaratnya, identitas tersebut sebagai judulnya.

2. Tulislah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tulislah standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum 2006 dengan tepat kemudian di bawahnya juga ditulis kompetensi dasar yang juga terdapat dalam kurikulum 2006. Sebaiknya, standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak ditambahi atau dikurangi.

3. Tulislah Indikator
Indikator merupakan penanda keberhasilan sebuah kompetensi dasar. Indikator dituliskan dalam bentuk kata kerja yang merupakan tindak belajar dalam pencapaian kompetensi dasar. Contohnya, kalau kompetensi dasar berupa membeli tahu berarti indikatornya mengidentifikasi tahu yang akan dibeli, menentukan tahu, menyerahkan uang, dan membawa tahu. Banyak orang yang bingung menentukan indikator. Indikator dapat pula dikatakan sebagai urutan sebuah kompetensi terjalani.

4. Tulislah Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan target pembelajaran yang akan dicapai yang bertumpu pada kompetensi dasar dan dikembangkan dari indikator. Tujuan pembelajaran bersifat ABCD (audience, Behavior, condition, dan degree). Maksudnya, dalam tujuan pembelajaran harus terdapat siswa (audience), tingkah laku belajar (behavior), kondisi belajar (condition), dan tingkat keberhasilan (degree). Contoh tujuan, setelah mengamati tanah dan air (condition), siswa (audience) diharapkan dapat membandingkan struktur tanah dengan struktur air (behavior) dengan tiga pembandingan (degree).

5. Tulislah Materi Pembelajaran
Banyak RPP yang hanya menuliskan materi pembelajaran dua kata saja sebagai judulnya selanjutnya tidak ada sama sekali uraiannya. Sebaiknya, materi RPP ditulis dengan runtut, sistematis dan mengacu pada fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dalam seritifikasi ada butir yang menyatakan bahwa materi ditulis secara sistematis dan bertumpu pada tujuan pembelajaran. Dengan begitu berarti, materi harus ditulis dengan rinci, dikembangkan, dan lengkap. Keuntungan materi ditulis dengan lengkap adalah agar guru pada waktu selanjutnya dapat menulis buku ajar atau modul berdasarkan materi tersebut.

6. Tulislah Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat ditulis berdasarkan metode yang akan digunakan baik metode penyampaian materi, pengelolaan kelas, maupun penanganan siswa. RPP yang baik menuliskan metode beserta model pembelajarannya.

7. Langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran merupakan proses berlangsungnya pembelajaran yang ditandai oleh bertemunya guru, siswa, materi, metode, media, dan suasana. Untuk itu, langkah pembelajaran yang baik diharapkan mencerminkan pertemuan berbagai aspek sebagai sebuah sistem. Langkah pembelajaran ditulis secara berurutan dari awal guru masuk kelas sampai dengan guru keluar kelas. Langkah pembelajaran terdiri atas pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
Dalam pendahuluan, disertakan satuan waktu keberlangsungannya. Pendahuluan terdiri atas pernyataan yang mencerminkan (1) mengecek kesiapan belajar siswa, media, dan ruang kelas, (2) apersepsi, dan (3) penyampaian tujuan. Kegiatan inti haruslah rinci dan runtut yang mencerminkan keterlibatan siswa sebagai subjek. Contoh kalimat dalam langkah pembelajaran yang buruk "guru mengajak siswa untuk mecermati perubahan kepompong menjadi kupu-kupu". Kalimat tersbut dapat diubah menjadi "siswa mencermati perubahan bentuk kepompong menjadi kupu-kupu". Kalimat pertama mencerminkan guru dominan sedangkan kalimat kedua mencerminkan siswa aktif dan sebagai subjek. Penutup terdiri atas (1) refleksi dan (2) tindak lanjut.

8. Sumber Belajar dan Media
Sumber belajar adalah acuan yang mampu meberikan proses belajar dalam kelas. Sumber belajar dapat berupa buku, internet, ahli atau tokoh, dan tempat atau lokasi tertentu. Media merupaan sesuatu yang dipakai dalam pembelajaran karena mempunyai pesan dan informasi berkaitan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

9. Penilaian
Tuliskan penilaian secara lengkap, berupa soal )kalau objektif), rubrikmya, skor, kunci jawaban, dan rambu-rambu lain.

10. Identitas Pembuat
Jangan lupa cantumkan kota, tanggal dan tanda tangan pembuat beserta nama lengkap. Sebelah kiri, tuliskan mengetahui kepala sekolah.

Sabtu, 25 Juni 2011

pengertian bimbingan dan konseling

Bimbingan menurut bahasanya merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding: “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat) Sedangkan secara istilah, ‘bimbingan’ diartikan dengan pengertian yang beragam oeh para ahli namun dengan satu kata kunci yang sama yaitu “membantu”. Mungkin hal ini agak bersebrangan dengan pengertian bimbingan secara bahasa yang lebih menekankan peran aktif pembimbing sedangkan orang yang dibimbing lebih pasif. Akan tetapi proses bimbingan pada saat sekarang lebih mengacu kepada peran aktif seorang yang dibimbing untuk dapat menetukan langkah apa yang akan diambil ketika menghadapi masalah, sedangkan pembimbing tidak lebih sebagai orang yang membantu dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Berikut saya cantumkan beberapa pengertian bimbingan menurut para ahli:
• Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
• Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : The process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.
• United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
• Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.
• Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
• Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
• Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari semua pendapat tersebut di atas dapat kita ambil beberapa kata kunci yang berkaitan dengan pengertian bimbingan, diantaranya:
• Proses bantuan agar tercipta pemahaman diri untuk menyesuaikan diri di mana saja berada
• Bantuan untuk mengenal diri dan lingkungan sehingga ia dapat menggunakan potensinya
• Kegitan yang terorganisir dan sistematis sehingga menyadari tentang dirinya sebagai individu dan anggota masyarakat
• Bantuan untuk membuat keputusan, pengaturan dan pemecahan masalah
• Kegiatan yang berkesinambungan agar tercipta self understanding, self acceptance, self direction, dan self realization
• Pelayanan secara personal atau kelompok agar dapat mencapai kemandirian dan perkembangan yang optimal

2.2. Pengertian Konseling
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “ yang artinya “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti ”menyerahkan” atau “menyampaikan”
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut. (Berdnard & Fullmer ,1969)
Pengertian Konseling menurut ahli adalah:
1. Pepinsky & Pepinsky,dalam Shertzer & Stone,1974
• Konseling adalah suatu proses interaksi antara dua orang individu,masing-masing disebut konselor dan klien.
• Dilakukan dalam suasana yang profesionalBertujuan dan berfungsi sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.
2. Smith,dalam Shertzer & Stone,1974
• Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
• Bantuan diberikan dengan meng interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik mengenai individu yang dibimbing sendiri maupun lingkungannya,khususnya menyangkut pilihan-pilihan,dan rencana-rencana yang dibuat.
3. Division of Conseling Psychologi
• Konseling merupakan proses pemberian bantuan
• Bantuan diberikan kepada individu-individu yang sedang mengalami hambatan atau gangguan dalam proses perkembangan.
4. Mc. Daniel,1956
• Konseling merupakan rangkaian pertemuan antara konselor dengan klien.
• Dalam pertemuan itu konselor membantu klien mengatasi kesulitan-kesulitanyang dihadapi.
• Tujuan pemberian bantuan itu adalah agar klien dapat menyesuaiaknnya dirinya,baik dengan diri maupun dengan lingkungan.

2.3. Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling
Dengan memperhatikan pengertian bimbingan dan konseling diatas, maka dapat diketahui persamaan dan perbedaannya. Dapat dipaparkan sebagai berikut.
2.3.1. Persamaan
Persamaannya lebih jelas terlihat pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu kesatuan dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan tersebut.
2.3.2. Perbedaan
Istilah bimbingan dan konseling juga memiliki perbedaan yang lainya. Perbedaannya terletak pada isi kegiatan dan tenaga yang menyelenggarakan. Dari segi isi, Bimbingan lebih banyak bersangkut paut pada usaha pemberian lnformasi dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pasa fundi pencegahan. Sedangkan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka atara dua orang manusia yaitu antara kondelor dan klien.
Dilihat dari segi tenaga,bimbingan dapat dilakukan oleh orangtua, guru, walikelas, kepala sekolah, dan orang dewasa lainya kepada siswa yang memerlukanya. Sedangkan konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih dan terdidik.